NasionalNews

Firasat Lia Istifhama sebelum Sang Ayah Tercintanya Meninggal Dunia

SURABAYA || HALLOJATIMNEWS – Kabar duka yang menyelimuti keluarga besar orang no. wahid di Jawa Timur yakni Gubenur Khofifah Indar Parawaangsa masih dirasakan oleh pihak keluarga. Hal tersebut dirasakan oleh putri bungsunya yang telah menjalankan ibadah umroh beberapa pekan lalu.

“Beliau sangat sabar, ikhlas alias legowo, pemaaf tidak mudah dendam, dan gak iso’an alias gak tegaan. Bahkan hampir sepanjang hidup, beliau tidak pernah marah” kata Lia Istifhama saat dihubungi media ini.

Semua sifat itu dijelaskan oleh putri bungsu dari KH Masykur Hasyim, Kakak ipar dari Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa. Bahkan para ulama dan tokoh yang hadir, seperti KH Ali Badri Zain, Prof Ridlwan Nasir, dan Habib Idrus Al Jufri membenarkan hal tersebut.

Suami dari Hj. Aisyah, kakak tertua Khofifah, dikenal memiliki jiwa sosial dan organisasi yang sangat tinggi. Bahkan diakui oleh Ketua PP Muslimat, bahwa mantan Komandan Banser Jatim tersebut merupakan guru berorganisasi dan bermasyarakat. Seperti diketahui, KH Masykur meninggal dunia pada 2 April 2020 di kediamannya, yaitu Jemurwonosari Surabaya.

Kepada media ini Lia Istifhama menjelaskan beberapa firasat yang telah dialaminya sebelum Ayah tercintanya meninggal dunia.

“Paman saya, H. Bashori, bermimpi gigi ada yang copot. Dan ternyata mimpi sama juga dialami yang lain. Kalau saya, lihatnya ayah saya ini ingin selalu dekat dengan cucunya, dikit-dikit manggil kedua anak saya, yang ngajak makan atau apalah. Terus, kadang suka melamun, seperti ada yang dipikir, tapi kita selalu bilang: ‘mikir apa Yah, semua urusan gampang bisa diselesaikan, wes ayah santai aja”. Jelasnya.

Malam sebelum meninggal, waktu anak saya makan, cuma dilihat, diajak makan tidak mau. Padahal biasanya suka makan bareng sambil guyon. Terus, dirumahkan lagi nambah teras lantai dua. Ayah ingin penyangga cor, yaitu kayu dek, dua hari dilepas, padahal kan tidak mungkin karena harus 10 harian. Jadi mungkin firasat akan banyak tamu, jadi kuatir tempat tidak cukup karena kayu dek itu.

“Selain itu, gampang gelisah kalau ada tamu, karena biasanya ayah saya suka nemuin tamu di ruang tamu. Tapi karena local distancing, semua tamukan gak harus harus ditemui beliau kalau itu tamu saya. Nah, beliau kayak merasa gak enak, sampai saya bilang: ‘Relawan kesini cuma ambil sesuatu dan gak usah salaman gakpapa. Sudah paham mereka. Aman wes, ayah gak usah bingung mikirin”, pungkasnya.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button