Hukrim

Predator Anak Kandung, Inilah Kisahnya !!!

Lumajang, hallojatimnews – Sugeng dikenal sebagai predator anak kandungnya sendiri yang telah menyetubuhi anaknya lebih dari 50 kali dalam kurun waktu 4 tahun terakhir sudah digulung oleh Tim Cobra Polres Lumajang.

Dibalik semua itu, Sugeng memiliki catatan yang sangat menarik yakni memiliki 5 orang istri semasa hidupnya. Sugeng bukanlah terlahir dari kaum menengah keatas, Sugeng menjalani pekerjaan yang cukup menguras keringat mulai dari pedagang salak, tukang becak hingga kuli bangunan.

Pada tahun 1992 hingga tahun 2002, sugeng merantau di Kota Malang sebagai pengayuh becak. Dirinya tinggal di sebuah Kos-kosan di daerah Bumiayu Kec Kedung kandang Kab Malang dan bertemu istri pertamanya yang bernama Kasiani (41th) asal Desa Purworejo Kecamatan Donomulyo Kabupaten Malang saat berada di pasar gadang Kec Sukun Kota Malang. Keduanya menikah pada tahun 1996 dan memutuskan untuk berpisah pada tahun 1999 serta dikaruniai seorang anak perempuan.

Pada tahun 2000 dirinya masih menekuni pekerjaan sebagai pengayuh becak. Saat kembali ke rumah bibi nya di Desa Sumbermujur Kec Candipuro. Sugeng jatuh hati dengan seorang wanita bernama wahyuningsih (39th) asal Dusun Segaran Kec Kendal Payak Kab Malang. Mereka berdua menikah secara sirih di Dusun Segaran Kec Kendal Payak Kab Malang pada tahun 2000 dan tinggal disana berdua selama beberapa hari. Usia pernikahannya sangat singkat dimana sang istri setelah 1 minggu menikah memutuskan untuk merantau ke Sumatra tepatnya di di Dusun Pabrik Krajan Kec Padang Cerme Provinsi Lampung tempat orangtua Sugeng tinggal dalam keadaan mengandung. Setelah dikaruniai seorang Putri, Wahyuningsih pergi ke Malaysia sebagai TKW untuk menyambung hidup.

Pada tahun 2001 Sugeng jatuh hati kembali kepada seorang wanita yang bernama Sulasiami (42th) warga Dampit Kab Malang. Kisah cinta keduanya bersemi didalam bus saat ingin mudik dari Malang ke kampung halaman yakni Kab Lumajang. Masih setia dengan pekerjaannya sebagai pengayuh Becak, Sugeng meminang Sulasiami dan menjalin asmara yang cukup singkat yakni 1 tahun usia pernikahan dan dikaruniai seorang putra.

Bosan sebagai tukang Becak, Sugeng mulai mencoba mengais rupiah dikota besar Surabaya sebagai kuli bangunan di daerah kali keputih dan tinggal di sebuah kos-kosan pada tahun 2006. Seperti mengulang kisah lama, sugeng jatuh hati dengan seorang wanita asal Sidoarjo yang bernama Nur Latiga (34th) saat berada di bus kota yang sama. Keduanya mencoba mengadu nasib di Surabaya dan memutuskan menikah siri pada tahun 2006. Meski Keduanya dikaruniai seorang anak laki-laki, takdir tidak mengijinkan mereka bersama dan harus berakhir kembali dengan kata perpisahan.

Lelah merantau dikota orang, pada 2012 Sugeng mencoba keberuntungan di kota sendiri di Kab Lumajang sebagai pedagang Salak. Berkait uang yang didapat dari bekerja sebagai kuli bangunan, Sugeng dapat memiliki 2 petak tanah yang digunakan untuk kebun Salak. Alih-alih bekerja sebagai penjual salak, dirinya kembali lagi jatuh hati kepada seorang wanita yang bernama Lusia Sutami (44th) warga Desa Sidomulyo Kec Pronojiwo Kab Lumajang. Meski tidak dikaruniai seorang anak, namun cinta mereka berdua langgeng hingga sekarang.

Kapolres Lumajang AKBP DR Muhammad Arsal Sahban SH SIK MM MH memberikan Tips supaya tidak terus gagal berumah tangga seperti yang terjadi pada sugeng yang sampai 5 kali menikah“cukup unik juga dimana seorang dengan tingkat perekonomian yang bisa dibilang pas-pasan dapat memiliki 5 istri walau di waktu yang berlainan. Jadi status ekonomi tidak menjadi ukuran orang akan berhasil membangun rumah tangga atau tidak”

“membangun rumah tangga perlu persiapan mental sebagai landasan agar hubungan selama pernikahan nanti berjalan dengan mulus”

“Banyak kunci sukses pernikahan yang digembor-gemborkan, tapi tak banyak yang peduli bahwa mental harus benar-benar harus disiapkan dengan kokoh”

“Menikah berarti mengesampingkan ego. Semua keputusan dan juga kepentingan sudah saatnya tak berpusat pada diri sendiri, tapi mengedepankan kepentingan keluarga”

“Menikah bukan berarti kita akan dihindarkan dari masalah. Namanya juga hidup, tentu saja akan ada saja masalah yang dihadapi. Yang terpenting bukan masalahnya tapi bagaimana kita mengatasi masalah”. ungkap Arsal.

Penulis : Pri.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button